BAB
XVI
SEPERCIK
UJIAN DARI-NYA
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
.
“Chresna,
kamu suka sama dia kan?” Tanyanya.
“Dari
semua laki-laki dari negeri biru yang datang padaku, hanya dia yang mampu
mencuri hatiku dan menawannya.” Ucapku.
“Dengar Chres, ngapain cari yang jauh di laut.
Di darat kan masih banyak. Kamu tahu apa kalau dia sudah di laut. Ngapain aja
dia. Apalagi dia sakit. Kamu tahu nggak sich sakitnya. Susah sembuhnya Chres.
Butuh pengobatan yang biayanya tidak sedikit. Bisa-bisa, kalau kalian berjodoh
dan kamu jadi istrinya, entar gaji kamu habis cuma buat pengobatannya. Sakitnya
itu menular Chres. Kamu itu mestinya cari bibit yang bagus dong. Entar
bagaimana dengan anak-anak kamu nantinya. Bisa penyakitan. Lain halnya, kalau
kamu sudah menikah dengan dia dan punya anak. Trus, dia baru sakit infeksi
paru-paru. Ini kan kalian belum menikah, eh… dia sudah sakit begitu. Bagaimana
coba? Sakit seperti itu bikin lemah fisik Chres. Sudah nggak kuat kerja. Nggak
bisa capek. Itu penyakit malam Chres. Apalagi seaman. Kalau nggak melaut nanti,
dari mana dapat duit. Ok lah, kalau duitnya banyak tapi lama-lama kan bisa
habis juga kalau dia sudah nggak kerja lagi. Nah, pastinya kamulah yang
nantinya menjadi tulang punggung keluarga. Kamu mau? Aku ngasih tahu demi
kebaikan kamu Chres. Dia mantan perokok berat. Dan sudah pasti suka minum. Ya,
walaupun sudah berhenti merokok dan minum tidak menutup kemungkinan dia akan
kembali mencicipinya.” Ucap Akhdan serius dan membuat selera makanku berkurang.
“No
Body’s Perfect.” Ucapku.
“Chresna
yang ada didepanku ini sepertinya bukanlah Chresna yang dulu kukenal.” Ucap
Akhdan.
“Akhdan.
. . .” Ucapku.
“Kamu
yakin dia nggak pernah jajan? Sekali pernah, akan ketagihan. Kamu tahu maksudku
kan?” Tanyanya.
“Aku
yakin dia pernah . . . .” Ucap Akhdan lagi.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
.
“Dek, jangan teruskan perasaanmu. Apa
yang kamu harapkan dari dia? Apalagi sudah sakit seperti itu. Papa belum tahu
kalau dia sakit, sudah menentang kamu habis-habisan. Papa sayang sama kamu dek
bahkan sangat sayang. Sangat menghargai dan menjaga perasaanmu. Makanya, Papa
nggak ngomong langsung ke kamu dek. Dek, kalau kamu teruskan perasaanmu, Papa
akan sakit dek. Kamu tahu seaman kan? Sebuah profesi yang rentan akan godaan
dek. Berbulan bulan berlayar bahkan sampai tahunan. Entah kemana berlayarnya.
Selalu berpindah tempat. Tidak menutup kemungkinan, hati juga akan
berpindah-pindah bahkan berubah-ubah dek. Entah, apa yang dilakukannya di
setiap dermaga atau pelabuhan yang ia singgahi. Sekali mencoba, maka akan
ketagihan dek bagi yang normal. Satu dermaga dua cinta, bisa tiga, empat. Kamu
tahu kan maksud mas. Kamu sudah cukup dewasa dek. Walaupun pada akhirnya nanti,
Papa merestui kamu, pasti Papa melakukannya dengan sangat terpaksa dek. Dan
kalau nantinya, suamimu ada main, maka yang akan sakit duluan itu Papa dek.
Kamu nggak mau kan kalau Papa selalu kepikiran kamu, apalagi tiap suamimu
berlayar. Kamu, sayang sama Papa, kan?” Ucap mas Rafael lembut namun sangat
serius.
Selengkapnya
. . . at my second novel “Air Mata Bidadari.” Be Patient to Wait the
Publishing!
Good job...
BalasHapusRunutan kisah yang cukup dramatis, serta pilihan diksibyang tepat untuk jiwa yang kering. Teruslah berkarya sista... salam chibi2 n' chabi haahajajaja
BalasHapusMakasih kakak chaby2ku :)
Hapus