BAB VI
REDUPNYA LENTERA IMAN
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
.
“Chresna, aku hamil.”
Ucapnya pelan dan menatapku sedih.
“Apa? Kamu nggak becanda,
kan? Jangan main-main Sas. Nggak lucu akh.” Ucapku.
“Aku serius, Chres.”
Jawabnya.
“Astaghfirullah, Sas.
Kenapa jadi seperti ini?” Ucapku seakan tak percaya atas apa yang kudengar.
“Aku juga nggak tahu,
Chres.”
“Koq bisa, Sas? Siapa yang
ngelakuinnya? Pai? Bukannya kalian LDR? Bagaimana bisa?” Tanyaku bertubi-tubi.
“Aku dan Pai telah
melakukan kesalahan besar, Chres. Kami sungguh bingung bagaimana caranya agar
orang tuaku menyetujui hubungan kami. Mungkin dengan cara seperti ini hubungan
kami direstui, Chres. Waktu itu, pas aku balik orang rumah pada nggak ada.
Kuputuskan untuk menyewa kamar hotel. Disana aku dan Pai ketemuan. Awalnya,
kami tidak ingin melakukannya. Namun, entah kenapa tiba-tiba saja semuanya
sudah terjadi walau hubungan yang pertama masih bisa teratasi.” Ucap Sasti.
“Maksudnya?” Tanyaku
penasaran.
“Kami melakukannya
sebanyak dua kali. Yang pertama, semua aman-aman saja karena pakai pengaman.
Aku juga nggak tahu kenapa bisa ngelakuin itu, Chres. Entah setan dari mana
merasuki kami. Esoknya, kami melakukannya lagi dan kami putuskan untuk tidak
memakai pengaman walau kami sudah tahu apa akibatnya. Sudah pasti, aku akan
hamil dan mungkin hanya dengan cara seperti inilah orang tuaku bisa merestui
kami, Chres.” Ucap Sasti.
“Astaghfirullah, Sas!
Kenapa kamu seperti ini? Kamu sadar nggak sich dengan yang kalian lakukan?
Kalian sudah berzina dan itu dosa besar, Sas!” Ucapku dengan nada meninggi dan
menatap tajam Sasti.
“Aku sendiri nggak tahu
Sas. Aku bingung. Aku takut. Aku menyesal tapi….” Sambil menahan isak tangis,
Sasti tak mampu melanjutkan kata-katanya.
“Lalu, sekarang Pai di
mana?” Tanyaku.
“Dia…. Aku kecewa sama
dia Chres. Dia jahat.”
“Maksudnya?”
“Entah kenapa tiba-tiba
saja dia tidak mengakui kalau anak yang aku kandung ini, anak dia Chres. Aku
benci dia, Chres.”
Selengkapnya . . . at my second novel “Air
Mata Bidadari.” Be Patient to Wait the Publishing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar