Senin, 21 September 2015

BAB XVI SEPERCIK UJIAN DARI-NYA



BAB XVI
SEPERCIK UJIAN DARI-NYA

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. .
“Chresna, kamu suka sama dia kan?” Tanyanya.
“Dari semua laki-laki dari negeri biru yang datang padaku, hanya dia yang mampu mencuri hatiku dan menawannya.” Ucapku.
 “Dengar Chres, ngapain cari yang jauh di laut. Di darat kan masih banyak. Kamu tahu apa kalau dia sudah di laut. Ngapain aja dia. Apalagi dia sakit. Kamu tahu nggak sich sakitnya. Susah sembuhnya Chres. Butuh pengobatan yang biayanya tidak sedikit. Bisa-bisa, kalau kalian berjodoh dan kamu jadi istrinya, entar gaji kamu habis cuma buat pengobatannya. Sakitnya itu menular Chres. Kamu itu mestinya cari bibit yang bagus dong. Entar bagaimana dengan anak-anak kamu nantinya. Bisa penyakitan. Lain halnya, kalau kamu sudah menikah dengan dia dan punya anak. Trus, dia baru sakit infeksi paru-paru. Ini kan kalian belum menikah, eh… dia sudah sakit begitu. Bagaimana coba? Sakit seperti itu bikin lemah fisik Chres. Sudah nggak kuat kerja. Nggak bisa capek. Itu penyakit malam Chres. Apalagi seaman. Kalau nggak melaut nanti, dari mana dapat duit. Ok lah, kalau duitnya banyak tapi lama-lama kan bisa habis juga kalau dia sudah nggak kerja lagi. Nah, pastinya kamulah yang nantinya menjadi tulang punggung keluarga. Kamu mau? Aku ngasih tahu demi kebaikan kamu Chres. Dia mantan perokok berat. Dan sudah pasti suka minum. Ya, walaupun sudah berhenti merokok dan minum tidak menutup kemungkinan dia akan kembali mencicipinya.” Ucap Akhdan serius dan membuat selera makanku berkurang.
“No Body’s Perfect.” Ucapku.
“Chresna yang ada didepanku ini sepertinya bukanlah Chresna yang dulu kukenal.” Ucap Akhdan.
“Akhdan. . . .” Ucapku.
“Kamu yakin dia nggak pernah jajan? Sekali pernah, akan ketagihan. Kamu tahu maksudku kan?” Tanyanya.
“Aku yakin dia pernah . . . .” Ucap Akhdan lagi.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… .
“Dek, jangan teruskan perasaanmu. Apa yang kamu harapkan dari dia? Apalagi sudah sakit seperti itu. Papa belum tahu kalau dia sakit, sudah menentang kamu habis-habisan. Papa sayang sama kamu dek bahkan sangat sayang. Sangat menghargai dan menjaga perasaanmu. Makanya, Papa nggak ngomong langsung ke kamu dek. Dek, kalau kamu teruskan perasaanmu, Papa akan sakit dek. Kamu tahu seaman kan? Sebuah profesi yang rentan akan godaan dek. Berbulan bulan berlayar bahkan sampai tahunan. Entah kemana berlayarnya. Selalu berpindah tempat. Tidak menutup kemungkinan, hati juga akan berpindah-pindah bahkan berubah-ubah dek. Entah, apa yang dilakukannya di setiap dermaga atau pelabuhan yang ia singgahi. Sekali mencoba, maka akan ketagihan dek bagi yang normal. Satu dermaga dua cinta, bisa tiga, empat. Kamu tahu kan maksud mas. Kamu sudah cukup dewasa dek. Walaupun pada akhirnya nanti, Papa merestui kamu, pasti Papa melakukannya dengan sangat terpaksa dek. Dan kalau nantinya, suamimu ada main, maka yang akan sakit duluan itu Papa dek. Kamu nggak mau kan kalau Papa selalu kepikiran kamu, apalagi tiap suamimu berlayar. Kamu, sayang sama Papa, kan?” Ucap mas Rafael lembut namun sangat serius.


Selengkapnya . . . at my second novel “Air Mata Bidadari.” Be Patient to Wait the Publishing!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar