BAB XIII
KETIKA CINTA MEMANAH
BIDADARI
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
.
Usai ba’da Isya, aku
benar-benar nggak bisa konsen mempelajari proposalku. Pikiranku selalu saja tertuju
ke mas terlebih lagi saat ini dia sakit serampa padahal infeksi paru-parunya
belum sembuh benar. Sedih menderaku dan ingin menjenguknya tapi bagaimana
caranya. Apakah aku harus kerumahnya? Rumahnya dimana? Aku malu, ya Allah. Ya
Allah, ada apa denganku? Apakah aku menyukai mas? Tanyaku dalam hati. Ya Allah,
jangan tumbuhkan perasaan cintaku, pintaku dalam hati. Ya Allah, matikanlah
jika ada rasa cinta di hatiku demi istiqomah kepada-Mu, pintaku lagi dalam
hati.
Lalu, kupelajari kembali
proposalku walau malam telah larut. Masuk nda masuk di otak, yang penting sudah
ku baca berulang-ulang dan kupahami. Hanya Allah lah yang tahu pikiranku saat
ini. Ya Allah, Aku Sungguh Jatuh Cinta
Padanya . . .
Selengkapnya . . . at my second novel “Air Mata Bidadari.” Be
Patient to Wait the Publishing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar