Minggu, 20 September 2015

BAB XI MY FIRST MEETING AT SILOAM



BAB XI
MY FIRST MEETING AT SILOAM

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Akhirnya, aku sampai juga di lantai delapan. Ada banyak kamar dan lorong-lorongnya. Segera aku dan Arti menanyakan pada petugas jaga. Saat berdiri di depan pintu kamar bernomor 9804. Hatiku masih deg-degan. Kumembaca basmalah saat ingin mengetuk pintunya.
“Assalamualaikum.” Ucapku sembari mengetuk dan membuka pintu kamar rumah sakit.
Masya Allah… aku begitu takjub dan terkesima melihat pemandangan yang sangat khusyuknya. Aku melihat mas Herrr… sedang sholat berdiri sementara ia masih di infus. Masya Allah. Dan kebapaan sekali. Tiba-tiba teguran dari dalam mengagetkanku.
“Silahkan masuk.” Ucap seorang ibu-ibu padaku sambil mempersilahkan aku masuk.
Aku dan Arti pun langsung masuk dan aku berdiri tepat dibelakang mas yang sedang sholat. Kuperhatikan sosoknya yang sedang sholat dengan seksama walau dari arah belakang. Ni mas dewasa sekali, kebapaan sekali, bapak-bapak, dan pantatnya . . ., pantatnya . . ., pantatnya endut-endut ucapku dalam hati sambil melirik kearah ketiga temannya yang laki-laki yang dua di antaranya melihat ke arahku heran dan bingung, mungkin karena belum pernah melihatku sebelumnya. Sedang yang satunya lagi adalah si Fair. Aku nggak nyangka kalau ia akan sebesar itu. Badannya besar dan gendut. Jika aku berdiri didekatnya, sudah pasti aku akan tenggelam.
Sepanjang menunggu mas selesai sholat, aku berbisik-bisik dengan Arti menggunakan bahasa Inggris dan masih dalam keadaan berdiri. Usai sholat, mas berbalik ke arahku dan salaman dengannya. Lalu, ia menuju ke tempat tidurnya dan aku pun duduk.
“Dari mana dek?” Tanya mas memulai percakapan.
“Dari masjid dan usai sholat, langsung kesini.” Jawabku sambil tersenyum.


Selengkapnya . . . at my second novel “Air Mata Bidadari.” Be Patient to Wait the Publishing!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar